Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Pemerhati dan pelaku pembangunan ulang Pasar tradisional. Ya, itulah saya, yang 5 tahun terakhir konsen untuk mendedikasikan aktivitas bisnis dan Grup usaha dalam rangka melayani pedagang tradisional untuk mendapatkan haknya kembali menikmati Pasar Tradisional yang bersih, nyaman dan aman, layaknya Pasar Modern lainnya. Mereka bisa, seharusnya PASAR TRADISIONAL juga BISA!!!!!!! ITQONI GROUP sudah membuktikannya DUA KALI!!!!

Rabu, 13 Mei 2009

Pasar Tradisional Makin Terkepung

PURWAKARTA, KOMPAS.COM--Sejumlah pedagang menilai Pemerintah Kabupaten Purwakarta belum optimal mengelola pasar tradisional. Akibatnya, aset milik pemerintah daerah tersebut sulit berkembang di tengah persaingan yang semakin ketat.

Ketua Ikatan Warga Pasar Rebo, Kabupaten Purwakarta, Zaenal Muttaqien, Selasa (21/4) di Purwakarta, mengatakan, berdirinya supermarket, toko swalayan, dan minimarket baru membuat persaingan usaha semakin ketat. Setiap pelaku usaha berlomba meningkatkan pelayanan untuk merebut konsumen.

"Pedagang pasar tradisional kian sulit bersaing karena faktor lokasi, harga, produk, dan promosi semakin tertinggal dari toko swalayan, minimarket, atau supermarket," ujarnya.

Lokasi pasar tradisional umumnya kalah strategis dibandingkan dengan pasar modern. Selain itu, fasilitas seperti lahan parkir, akses masuk, penerangan, toilet, dan pemadam kebakaran di pasar tradisional terbatas atau bahkan tidak ada.

Menurut Zaenal, harga barang di pasar tradisional juga sulit bersaing akibat panjangnya rantai distribusi. Pedagang terpaksa menekan keuntungan agar harga lebih bersaing, tetapi itu tidak cukup membantu mengatasi peliknya persaingan.

Komoditas spesifik pasar tradisional juga semakin berkurang karena semakin banyak produk serupa ditawarkan pasar modern. Beberapa jenis sayur dan buah-buahan yang dulu hanya dijual di pasar tradisional sekarang banyak dijual di pasar modern. Produk yang diperdagangkan pasar tradisional dan pasar modern pun semakin seragam.

Akumulasi beragam masalah itu tampak dari lemahnya daya saing pedagang pasar tradisional. Ia mencontohkan kondisi Pasar Rebo yang toko, kios, dan lapaknya semakin banyak dikosongkan, disewakan atau dijual pemiliknya beberapa tahun terakhir.

"Para pedagang memilih menyewakan, mengosongkan, atau menjual kiosnya karena terus merugi. Kini hanya 67 persen dari sekitar 520 pedagang yang masih mempertahankan kiosnya untuk berjualan," ujar Zaenal.

Revitalisasi

Zaenal menambahkan, sebagai aset yang menyumbangkan pendapatan daerah, pasar tradisional idealnya dikelola dengan baik. Peran pemerintah bisa diwujudkan dengan memperbaiki infrastruktur; memperbaiki fasilitas umum; meningkatkan daya saing pedagang melalui bantuan permodalan, dan bimbingan manajemen; serta membantu mendekatkan akses pedagang ke konsumen atau produsen.

Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pasar Rebo dan Pasar Simpang Dadan Kadarusman, meski muncul toko swalayan, minimarket, atau supermarket baru, jumlah pedagang pasar tradisional justru bertambah beberapa tahun terakhir. Pendapatan retribusi di Pasar Rebo, misalnya, meningkat dari rata-rata Rp 670.000 per hari pada tahun lalu menjadi Rp 850.000 per hari sejak awal tahun ini. Peningkatan itu antara lain akibat bertambahnya jumlah pedagang.

"Jumlah pasar tradisional memang tidak bertambah. Namun, secara kasatmata pedagang yang berjualan semakin banyak. Lahan-lahan kosong di sekitar pasar kini dipakai berjualan," kata Endang Koswara, Kepala Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Purwakarta.

Upaya mempertahankan pasar tradisional dilakukan dengan revitalisasi. Program itu diwujudkan dengan menata kembali kios, memperbaiki infrastruktur, dan melengkapi fasilitas pasar. Dalam waktu yang belum ditentukan, pemerintah daerah berencana merelokasi pedagang Pasar Rebo ke Pasar Simpang. Pada kurun waktu tiga tahun terakhir, upaya relokasi selalu gagal karena ditentang pedagang. (mkn)

Tidak ada komentar: