Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Pemerhati dan pelaku pembangunan ulang Pasar tradisional. Ya, itulah saya, yang 5 tahun terakhir konsen untuk mendedikasikan aktivitas bisnis dan Grup usaha dalam rangka melayani pedagang tradisional untuk mendapatkan haknya kembali menikmati Pasar Tradisional yang bersih, nyaman dan aman, layaknya Pasar Modern lainnya. Mereka bisa, seharusnya PASAR TRADISIONAL juga BISA!!!!!!! ITQONI GROUP sudah membuktikannya DUA KALI!!!!

Senin, 19 Oktober 2009

PD Pasar Jaya diminta tidak hanya cari untung

AKARTA: PD Pasar Jaya diminta tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi harus mengutamakan fungsinya untuk melayani pedagang dan memudahkan masyarakat mendapatkan barang kebutuhan pokok.
Anggota DPD asal DKI Jan Farid mengatakan PD Pasar Jaya sebagai perusahaan daerah milik Pemprov DKI tetap harus mencari keuntungan untuk menjalankan usaha dan berkontribusi ke kas pendapatan asli daerah.

"Kami meminta PD Pasar Jaya jangan hanya mengejar untung yang berlebihan, sehingga fungsinya sebagai perusahaan daerah yang harus melayani masyarakat justru dikesampingkan," ujarnya akhir pekan lalu.

Dia mengharapkan PD Pasar Jaya selaku pengelola 151 pasar tradisional agar dikembalikan fungsi dan perannya semula sebagai pusat pelayanan bagi warga Ibu Kota, baik para pedagang yang menjalankan usaha maupun warga yang membutuhkan barang kebutuhan pokok secara mudah.

Jangan sampai, lanjutnya, PD Pasar Jaya hanya berorientasi pada keuntungan dengan menetapkan harga tempat usaha dan kios secara mahal dan harus dibayarkan secara tunai, sehingga memberatkan para pedagang lama di pasar hasil peremajaan.

Selain itu, pasar tradisional hendaknya dapat berfungsi menjadi penopang bagi pasar-pasar induk yang akan dibangun di pinggiran kota, sehingga dapat berperan lebih besar dalam menggerakkan roda perekonomian.

Menurut Jan, harga sewa kios di pasar hendaknya ditetapkan dengan uang sewa harian dan tidak lagi dibayarkan secara langsung yang justru memberatkan para pedagang pasar.

"Kalau harga sewa itu dibayar secara harian, tentu tidak akan terasa berat bagi pedagang. Walaupun jika dihitung sewa harian itu sesungguhnya bisa lebih mahal, misalnya dengan tarif Rp20.000 per hari dikalikan 20 tahun," ujarnya

Djangga Lubis, Dirut PD Pasar Jaya, sebelumnya mengatakan telah berusaha maksimal untuk menetapkan harga tebus tempat usaha atau kios yang paling terjangkau oleh pedagang, termasuk mencarikan pola pembayaran yang ringan melalui kerja sama dengan sejumlah bank

Enam Pasar Tradisional Akan Disulap Jadi Obyek Wisata

JAKARTA--Agar mampu bersaing dengan pasar-pasar modern, PD Pasar Jaya akan menjadikan enam pasar tradisional sebagai pusat bisnis dan wisata. Sehingga kesan kumuh, jorok, bau, dan becek yang selama ini melekat menjadi hilang sama sekali. Pembangunannya akan dimulai tahun depan.

Dirut PD Pasar Jaya, Djangga Lubis, mengatakan, keenam pasar yang akan dijadikan pusat bisnis dan wisata ini adalah Pasar Pramuka, Pasar Bendungan Hilir, Pasar HWI Lindateves (Hayam Wuruk), Pasar Blora, Pasar Pedurenan, dan Pasar Rumput.

Menurutnya, konsep pasar tradisional ke depan tidak lagi hanya sebatas tempat jual beli barang-barang kebutuhan warga sehari-hari. Akan tetapi sudah dijadikan sebagai tempat bisnis sekaligus tempat wisata dengan daya tarik yang tinggi. Selain itu, pasar juga akan terintegrasi dengan perkantoran, apartemen, dan hotel. “Sehingga orang-orang tidak perlu jauh-jauh pergi ke pasar tradisional,” ujarnya, Senin (19/10).

Dipilihnya keenam pasar itu karena kesemuanya memiliki lokasi yang strategis yakni di pusat kota. Apalagi ke depan perpasaran tradisional akan ditunjang Mass Rapit Transit (MRT).

Terkait dengan rencana pembangunan MRT, PD Pasar Jaya bersama PT MRT Jakarta merencanakan akan mensinergiskan pembangunan stasiun MRT dengan pasar-pasar tradisional yang telah ada di ibu kota. Hingga kini, PD Pasar Jaya sedang menunggu disain tepat yang menyatukan stasiun dengan pasar secara langsung.

Paling tidak, konsep umumnya berupa pasar itu akan dibuat seperti pasar modern, yakni ada hotel kecil di sekitar lokasi pasar serta akses jalan menuju pasar. man/ahi

Rabu, 14 Oktober 2009

APPSI tolak Pasar Segar Depok

DEPOK: Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Depok menolak pembangunan Pasar Segar di Jl. Tole Iskandar, Kelurahan Depok, Pancoran Mas, karena mengakibatkan penurunan omzet penjualan para pedagang pasar tradisional.

"Kami menolak pembangunan Pasar Segar," tegas Sekretaris DPD APPSI Kota Depok, Muhammad Ghufron, kemarin.

Menurut dia, seharusnya Pemkot Depok lebih memperhatikan pasar tradisional yang sudah ada dengan memperbaiki infrastruktur yang ada terlebih dahulu.

Misalnya permasalahan di Pasar Kemiri Muka mengenai kepemilikan tanah, di Pasar Agung terkait soal perparkiran, dan di Pasar Musi terkait dengan kepemilikan lahan yang milik swasta dan lainnya. "Ini yang seharusnya menjadi perhatian utama, bukan membangun pasar semimodern yang baru."

Dengan adanya pasar semimodern tersebut, pedagang pasar tradisional menjadi kalah bersaing. "Saat ini omzet pedagang di Pasar Agung dan Pasar Kemiri sudah mulai turun apalagi nanti Pasar Segar beroperasi, bisa bangkrut pedagang pasar tradisional," ujarnya.

Ghufron mengakui pihaknya telah diajak melakukan dialog dengan pengembang Pasar Segar, anggota DPRD dan Pemkot Depok. "Waktu itu kita minta Pasar Segar ditunda terlebih dahulu, tapi ternyata sekarang semua izin telah diberikan untuk beroperasi di Depok."
Tolak lapak

Ketua Komisariat APPSI Pasar Kemiri, Muhammad Mardani, akan menolak pemberian lapak untuk para pedagang pasar tradisional di Pasar Segar. "Pengembang janjinya tidak membayar uang muka, dan hanya membayar iuran Rp6.000 per hari, tapi nyatanya kami dibebani Rp1,4 juta."

Mardani menjelaskan banyak pedagang yang mempunyai dua sampai empat lapak, kemudian mereka menjual kembali lapak tersebut. "Pihak pengembang tidak pernah berkoordinasi dengan APPSI. Kalau memang harus membayar Rp1,4 juta, kami akan menolak pemberian lapak tersebut."

Hal senada dikatakan Ketua Komisariat APPSI Pasar Agung, M Zaini. Menurut dia, 60% pedagang pasar Agung akan pindah ke Pasar Segar, tapi karena dibebankan uang muka Rp1,4 juta, akan dibatalkan.

"Saya sendiri jelas menolak dibebankan biaya, karena seharusnya gratis, dan hanya membayar iuran Rp6.000 per hari."

Ia mengatakan dalam kesepakatan antara pengembang, Pemkot Depok dan APPSI, telah disetujui marketing lapak dilakukan oleh Dinas Pasar Kota Depok dan APPSI, pada Februari 2009. (K5)

Bisnis Indonesia

Jumat, 09 Oktober 2009

Gairahkan Kembali Pasar Tradisional Dengan Hanggarisasi

JAKARTA – PD Pasar Jaya kewalahan menertibkan pedagang kaki lima yang berjualan di depan pasar milik PD Pasar Jaya.
“Keberadaan mereka di depan pasar membuat pembeli enggan masuk ke dalam pasar resmi yang sudah kami sediakan,” ungkap Direktur PD Pasar Jaya, Djangga Lubis, Jumat (9/10).

Para pedagang kaki lima tersebut membuat akses masuk ke pasar tradisional resmi tertutup. Akibatnya warga memilih membeli kebutuhannya langsung kepada para pedagang kaki lima. “Mereka ingin belanja lebih mudah, mereka bisa tawar menawar tanpa turun dari motor,” ujar Djangga.

Dia merasa makin miris, ketika para pedagang yang biasanya berjualan di dalam pasar PD Pasar Jaya bergabung dengan PKL yang ada di depan pasar. “Mereka jadi tergiur dengan pendapatan yang didapatkan para PKL, akhirnya mereka ikut-ikutan berjualan di sana,” ungkapnya.

Rupanya, berjualan di pinggir pasar tidak perlu membayar sewa toko seperti di dalam pasar. Hal ini sangat disayangkannya, padahal saat ini pasar-pasar tradisional yang masih berdiri di Jakarta saat ini menghadapi masalah yang tidak mudah.

“Pasar-pasar kami mulai ditinggalkan pembeli,” tuturnya. Djangga mengakui, usia bangunan rata-rata pasar yang dikelola PD Pasar Jaya berusia 20 tahun. “Banyak yang kurang layak sebagai pasar dan sarana prasarana pasar kurang memadai,” ujarnya.

Sejumlah pasar juga mati akibat lingkungan di sekeliling pasar berubah. “Pasar tersebut pun hilang akibat tak mampu bersaing dengan pasar modern yang tumbuh semakin pesat,” ujar Djangga. Padahal aksesibilitas ke produsen/pabrikan atau ke lembaga pendanaan bagi pedagang masih kurang. Menurutnya, pola belanja masyarakat kini bergeser. “Mereka tak hanya ingin berbelanja tapi juga berekreasi,” ujarnya.

PD Pasar Jaya menurut Djangga menyiapkan sejumlah skenario untuk meningkatkan geliat pasar tradisional kembali. “Kami akan mengebamngkan sistem hanggarisasi dan peremajaan pasar,” ujarnya. Menurutnya, sistem ini bisa diterapkan dengan dana yang sedikit dan hasil yang bagus.

Pasar tradisional pun akan memamfaatkan lahan pasar secara optimal. “Kita akan lakukan mix use, di mana pasar akan dikawinkan dengan fasilitas lainnya seperti perkantoran dan hotel,” ungkapnya. Hal ini dimungkinkan didirikan pada lokasi-lokasi strategis seperti Pasar Benhil, Pasar Pramuka, Pasar Rumput, dan Pasar Blora. Pasar-pasar tradisional juga akan dikembangkan dengan konsep tematik. “Pasar tematik selalu bisa bertahan saat krisis,” ujar Djangga. Sedangkan pasar-pasar yang tidak mampu bertahan akan dilakukan sejumlah tindakan seperti regrouping dan dilikuidasi.

Demi meingkatkan angka kunjungan masyarakat ke pasar tradisional, PD Pasar Jaya pun akan mengintegrasikan pasar-pasar tersebut dengan stasiun Mass Rapid Transit (MRT). Djangga mengatakan, nantinya para pembeli bisa langsung memiliki akses ke pasar. “Pasar bakal ramai lagi,” ujarnya. Nantinya, akan dibangun jembatan toko atau akses jalan ke stasiun. “Namun akan lebih bagus lagi kalau ada akses langsung bawah tanah dari stasiun yang tembus ke pintu pasar,” kata Djangga di kantornya.

Sejumlah pasar yang akan terintegrasi dengan MRT adalah pasar Blok A (Jakarta Pusat), Blok M (Jakarta Selatan), Pasar Bendungan Hilir (Jakarta Pusat) dan Glodok (Jakarta Barat). Selain itu, juga akan ada pasar-pasar tradisional yang akan terintegrasi dengan stasiun loopline. Sejumlah pasar tersebut adalah pasar Blora (Jakarta Pusat), Palmeriam (Jakarta Timur), Pasar Tanah Tinggi Poncol (Jakarta Pusat) dan pasar Tanah Abang (Jakarta Pusat).

Menurut Djangga, desain bangunan delapan pasar ini akan diubah sesuai dengan kontur stasiun. Penambahan fasilitas yang masih dalam perencanaan yaitu penyatuan hotel dan perkantoran dengan pasar juga akan diakomodasikan dengan desain dasar pembangunan MRT. Djangga menambahkan, PD Pasar Jaya masih menunggu desain teknis dari pengelola MRT untuk integrasi ini. “Diharapkan integrasi ini akan berjalan seiring dengan pengoperasian MRT pada 2016 nantinya,” ujarnya.

Direktur Utama PT MRT Tribudi Rahadrjo, mengakui adanya integrasi dengan sejumlah pasar tradisional tersebut. Integrasi ini akan dilakukan di jalur MRT tahap I yaitu Lebak Bulus hingga Dukuh Atas. “Dalam desain dasar mendatang, integrasi ini akan kami kaji lebih mendalam,” lugasnya.

MRT tahap I Lebak Bulus-Dukuh Atas mempunyai panjang lintasan 14,2 Km. Jalur ini akan memiliki sembilan stasiun layang (Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Sisingamangaraja, dan Senayan) serta tiga stasiun bawah tanah (Bendungan Hilir, Setiabudi, dan Dukuh Atas).


PD Pasar Jaya juga akan memperkuat modal pedagang pasar melalui pengadaan usaha distribusi Depo Logistik. Menurut Djangga, saat ini mata rantai pasokan ke pedagang cukup panjang. Selain itu, volume belanja pedagang sangat terbatas sehingga harga pokok tinggi dan kurang bersaing. “Pedagang kalah bersaing dengan retail besar dan pasar modern,” ungkap Djangga.

Pasar yang akan dijadikan depo ini yaitu pasar Rumput (Jakarta Selatan), Cengkareng (Jakarta Barat), Perumnas Klender (Jakarta Timur), pasar Grogol dan pasar Sindang (Jakarta Utara). Sejumlah distributor juga akan digandeng yaitu Unilever, Indofood, ABC, Wings dan P&G.

PD Pasar Jaya juga akan membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) khusus trading bagi pengembangan depo. Sayangnya, Djangga juga belum tahu kapan realisasi depo logistik ini. “Depo memang penting untuk memutus mata rantai pasokan ke pedagang yang cukup panjang,” ujarnya. c09/tar

Kamis, 08 Oktober 2009

Pasar Jaya kaji peremajaan pasar secara integral

JAKARTA: PD Pasar Jaya, pengelola 151 unit pasar tradisional di Ibu Kota, tengah mengkaji peremajaan sejumlah pasar di kawasan premium untuk diintegrasikan dengan sarana pusat perkantoran dan apartemen.

Dirut PD Pasar Jaya Djangga Lubis mengatakan pola peremajaan pasar tradisional tersebut akan memberikan nilai tambah yang sangat besar bagi perusahaan daerah milik Pemprov DKI itu serta pemanfaatan yang optimal dari lahan di lokasi strategis.

“Pasar Bendungan Hilir di Jl Sudirman Jakarta Pusat itu sebagai salah satu contoh pasar tradisional di lokasi premium yang peremajaannya layak diintegrasikan dengan pusat perkantoran dan apartemen,” katanya di Jakarta kemarin.

Dia mengatakan peraturan daerah yang menjadi payung hukum pengelolaan dan penyelenggaraan pasar tradisional memungkinkan untuk peremajaan dengan pola yang terintegrasi antara pasar tradisional, pusat perkantoran dan apartemen.

Salah satu pertimbangan memilih alternatif pola itu adalah untuk meringankan PD Pasar Jaya dalam pembayaran pajak bumi dan bangunannya yang disesuaikan dengan nilai jual pajak kawasan yang cukup mahal.

“Kalau pasar tradisional di lokasi premium hanya diremajakan saja tentu beban pembayaran pajak bumi dan bangunannya sangat berat, kerena nilai jual objek pajaknya sangat tinggi. Apalagi banyak investor yang bisa diajak kerja sama untuk itu.”

Cari investor

Djangga juga mengungkapkan PD Pasar Jaya tengah mencari pengembang atau investor baru untuk menggarap proyek peremajaan 28 unit pasar tradisional, selain yang berada di lokasi premium itu dalam program renovasi tahap II 2010-2014 .

“Sebanyak 28 unit pasar itu merupakan bagian dari 59 unit pasar yang telah diprogramkan untuk diremajakan dengan melibatkan pihak ketiga. Kami juga membuka kesempatan bagi investor yang tertarik, karena keterbatasan keuangan kami,” katanya.

Menurut dia, selain 28 pasar yang ditawarkan kepada pengembang itu, ada 31 unit lainnya yang kini sudah selesai diremajakan dan direnovasi serta sebagian di antaranya sedang dalam proses penyelesaiannya.

Sejumlah pasar yang dikelola perusahaan daerah milik Pemprov DKI itu yang telah selesai diremajakan a.l. Pasar Tanah Abang Blok A Jakarta Pusat dan Pasar Santa Jakarta Selatan serta Pasar Tanah Abang Blok B yang sedang dalam proses konstruksi.

Sementara itu Ketua Umum Puskoppas DKI Wirman Shahab menyambut baik kebijakan manajemen PD Pasar Jaya yang membuka kesempatan bagi pengembang dari perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas maupun koperasi para pedagang yaitu Koperasi Pedagang Pasar (Koppas) dan Pusat Koperasi Pedagang Pasar (Puskoppas) DKI.

“Puskoppas menyambut tawaran baik dari PD Pasar Jaya untuk bergabung sebagai pengembang proyek peremajaan dan renovasi 28 unit pasar tradisional itu.”

Apalagi, lanjutnya, Puskoppas DKI sudah mendapat dukungan dari Koppas di setiap pasar tradisional yang kondisinya mendesak untuk diremajakan dan direnovasi dengan menjalin kerja sama dengan Bank BNI.