Mengenai Saya

Foto saya
Jakarta, Indonesia
Pemerhati dan pelaku pembangunan ulang Pasar tradisional. Ya, itulah saya, yang 5 tahun terakhir konsen untuk mendedikasikan aktivitas bisnis dan Grup usaha dalam rangka melayani pedagang tradisional untuk mendapatkan haknya kembali menikmati Pasar Tradisional yang bersih, nyaman dan aman, layaknya Pasar Modern lainnya. Mereka bisa, seharusnya PASAR TRADISIONAL juga BISA!!!!!!! ITQONI GROUP sudah membuktikannya DUA KALI!!!!

Kamis, 12 Agustus 2010

Persaingan antarhipermarket akan sengit

Sejak liberalisasi perdagangan pada 1998 dimulai di Indonesia, pemain asing yang masuk ke Tanah Air seperti 'air bah'. Dimulai pada 1987 dengan berdirinya Convenience Store 'Circle K' waralaba asal AS dan 1988 saat Rimo Catur Lestari-pengelola Rimo Department Store-mendirikan Convenience Store 'Seven Eleven' waralaba asal AS.

Disusul Yaohan Departemen Store (ritel asal Jepang), Yogya Department Store didirikan oleh pengeloa Mark & Spencer (ST Michael, ritel asal Inggris). Pada 1993, Metro Department Store mendirikan gerai Metro dikelola oleh PT Metropolitan Retailment (Grup Rajawali) bekerja sama dengan Metro Singapore. Pada 1995, Indomarco Primatama mendirikan minimarket Indomaret oleh JC Penney-anak perusahaan PT Multipolar Crop bekerja sama dengan JC Penney, AS. Pada 1996, Wal Mart didirikan oleh PT Multipolar Crop Tbk bekerja sama dengan Wal Mart Stores Inc, AS. Gerai pertama dibuka di Lippo Karawachi, Tangerang.

Tak ayal, persaingan antarpelaku dari tahun ke tahun kian ketat. Terutama di sektor hipermarket, pasar modern yang sangat besar, dalam segi luas tempat dan barang-barang yang diperdagangkan. Selain tempatnya yang luas, hipermarket biasanya dan memiliki lahan parkir yang luas. Beberapa hipermarket di Indonesia a.l. Carrefour, Giant, Hypermarket dan Makro.

Persaingan antarpelaku hipermarket di Indonesia paling tidak selama 5 tahun ke depan diperkirakan berlangsung ketat. Terutama setelah hipermarker asal Korea Selatan, Lotte Mart hadir.

Hal itu pun diakui Nielsen Indonesia yang memperkirakan persaingan antarpemain hipermarket di Indonesia akan berlangsung sengit sampai 5 tahun mendatang. Terlebih setelah kehadiran hipermarket asal Korea Selatan Lotte Mart yang .

Direktur Servis Ritel The Nielsen Indonesia Yongky Susilo mengatakan peritel hipermarket akan melakukan sejumlah terobosan, dan satu sama lain saling berlomba untuk menghadirkan ide kreatifnya guna menarik konsumen untu berbelanja di gerainya.

"Masing-masing pemain [hipermarket] akan lebih inovatif dan kreatif dalam 5 tahun mendatang. Perlombaan kreatif untuk menarik konsumen akan dimulai, pemain yang sudah eksis tentunya tidak tinggal diam," kata Yongky kemarin.

Jumlah hipermarket di RI
Tahun Jumlah
2003 43
2004 68
2005 83
2006 105
2007 121
2008 127
2009 141
Sumber: The Nielsen Indonesia, 2010

Kembali menggeliat

Genderang persaingan tersebut akan dimulai sejak pertengahan tahun ini, setelah perkembangan hipermaret agak kendor pada 2009 karena dampak krisis ekonomi global. Setelah ekonomi mulai membaik, maka inilah waktunya para peritel hipermarket kembali bergeliat. "Di sinilah seninya industri ritel, tidak pernah stagnan dan selalu berevolusi," kata Yongky.

Nielsen memprediksi format hipermarket generasi mendatang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen pada masa 5 tahun mendatang, seperti memperhatikan masalah kemudahan, harga yang kompetitif, dan menyajikan produk yang sehat tetap akan menjadi warnanya.

Namun, jelasnya, hipermarket yang dikenal sebagai sebagai tempat belanja sekaligus rekreasi akan mulai berubah, sehingga memerlukan adanya terobosan agar rekreasi belanja mempunyai definisi baru di hipermarket.

Bahkan, menurut prediksi Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), pangsa pasar hipermarket yang sudah beroperasi di Indonesia diyakini bakal tergerus. Ketua Harian Aprindo Tutum Rahanta mengatakan akan terjadi pertarungan sesama pemain hipermarket, apalagi jika Lotte membuka gerai hipermarketnya di wilayah yang telah dibuka hipermarket lainnya yaitu Carrefour, Giant, dan Hypermart.

"Sedikit banyak [akan saling berebut pasar antara sesama hipermarket, jika lokasi gerai baru Lotte Mart, berdekatan [dengan hipermarket yang sudah hadir sebelumnya di lokasi yang sama]," kata Tutum.

Setelah membuka satu gerai hipermarketnya di Mal Gandaria, Aprindo meyakini Lotte akan berani menanamkan modalnya untuk secara cepat menambah jumlah gerai hipermarketnya tersebut di Indonesia. Apalagi peritel asal Korsel tersebut langsung mengakuisisi 19 gerai pusat perkulakan Makro yang kini berganti nama menjadi Lotte Mart Wholesale.

Lotte dinilai tidak akan menggerus pangsa pasar merek hipermarket yang sudah beroperasi di Indonesia, jelas Tutum, jika toko asal Korea Selatan tersebut memasuki wilayah baru yang belum dimasuki pemain hipermarket lainnya.

Namun, jelasnya, gencarnya peritel hipermaret untuk memasuki wilayah baru kembali akan tergantung pada regulasi dari pejabat daerah setempat, serta daya beli dari masyarakat setempat apakah memang layak untuk dilayani toko modern sebesar hipermarket.

Sekarang ini hipermarket, kata Tutum, memang sudah menyebar di banyak provinsi di Indonesia termasuk di wilayah seperti Bengkulu dan Jambi. "Pertumbuhan jumlah hipermarket di Indonesia per tahunnya sekitar 15%," kata Tutum. (linda.silitonga@bisnis.co.id/martin.sihombing@bisnis.co.id)

Tidak ada komentar: