BATU – Wali Kota Batu, Eddy Rumpoko siap berdialog dengan pedagang Pasar Batu, terkait permasalahan atas rencana pembangunan pasar. Pertemuan itu tentu berguna untuk mencari solusi yang tepat, sebelum pembangunan dilakukan.
‘’ Siapa saja kan boleh bertemu. Kalau pedagang ingin ketemu, ya monggo saja. Namun harus dicari waktunya yang tepat,’’ ungkap Eddy Rumpoko kepada Malang Post.
Mengenai rencana pertemuan dengan pedagang itu sendiri, bukan hal yang baru. Sejak di dilantik menjadi Wali Kota Batu tiga tahun lalu, langsung berkunjung ke pasar dan bertemu langsung dengan kalangan pedagang. Banyak masukan yang didapat, termasuk permintaan pembenahan yang saat itu disuarakan pedagang.
Wakil Ketua DPD PDIP Jatim ini menyebutkan, pihaknya sudah mengetahui permasalahan pedagang. Malahan sejumlah pedagang yang menolak kedatangan investor dengan dituangkan dalam pengumuman berisi investor dilarang masuk pasar, pihaknya juga sudah mengetahuinya.
Eddy sebenarnya sangat menginginkan kondisi pasar memiliki perkembangan yang pesat. Malahan Pasar Batu juga menjadi pusat grosir selain perdagangan ritel. Jika Pasar Batu sudah menjadi pusat grosir untuk buah hingga sayuran, hal itu bisa dikembangkan ke grosir lainnya.
‘’Sebut saja orang mau membeli kain dengan harga murah, tidak harus ke Pasar Turi Surabaya, tetapi bisa ke Batu. Selain itu potensi wisatawan yang besar juga harus menjadi pangsa pasar tersendiri bagi para pedagang,’’ tambahnya.
Pembangunan pasar, kata dia, semata-mata berpihak kepada warga Batu khususnya para pedagang. Masalahnya semua pesaing sekarang ini, sudah berbenah baik dalam pelayananan hingga kenyamanan. Jika Pasar Batu tidak segera berbenah, tentu akan makin ditinggalkan konsumen.
‘’Plasa Batu saja siap berbenah karena manajemen sudah mengajukan izin. Jika semua pusat-pusat perekonomian berbenah sementara Pasar Batu tidak berbenah, pasti akan tertinggal. Belum lagi serbuan minimarket-minimarket juga terus meningkat,’’ tambahnya.
Soal investor yang akan membangun Pasar Batu, kata dia, menjadi hal positif. Jika pembangunan harus menggunakan dana APBD, Pemkot tentu tidak akan sanggup. Pembangunan pasar seluas empat hektar itu, akan menghabiskan anggaran Rp 150 M, padahal APBD Kota Batu hanya senilai Rp 400 M.
Menurutnya, investor yang bergerak dalam pembangunan pasar jumlahnya tidak seberapa. Mereka pasti membutuhkan jangka waktu yang lama, untuk mengembalikan investasinya. Investor cenderung lebih memilih pembangunan ruko atau mall, karena investasi bisa kembali dalam waktu dua atau tiga tahun.
‘’Kalau investor itu beli tanah dan langsung dibangun mall, apakah kondisi itu tidak semakin mematikan pasar. Syukur para investor masih mau membangun pasar,’’ katanya. (feb/lyo)
Mengenai Saya
- Irwan Khalis
- Jakarta, Indonesia
- Pemerhati dan pelaku pembangunan ulang Pasar tradisional. Ya, itulah saya, yang 5 tahun terakhir konsen untuk mendedikasikan aktivitas bisnis dan Grup usaha dalam rangka melayani pedagang tradisional untuk mendapatkan haknya kembali menikmati Pasar Tradisional yang bersih, nyaman dan aman, layaknya Pasar Modern lainnya. Mereka bisa, seharusnya PASAR TRADISIONAL juga BISA!!!!!!! ITQONI GROUP sudah membuktikannya DUA KALI!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar